Rabu, 09 Juli 2014

ADA APA DENGAN KU?




ADA APA DENGAN KU?

Sekarang tepat abad dua puluh satu yang dipenuhi dengan kemajuan teknologi dalam segala bidang. Orang tidak susah payah lagi kemana-mana memikirkan kaki yang akan bengkak oleh perjalanan jauh karena sekarang tersedia kendaraan yang siap mengantar kemana saja. Tidak perlu menunggu beberapa hari mengetahui kabar sanak saudara terdekat di hati namun jauh di mata tinggal angkat telepon dan tekan beberapa nomor lalu tunggu “Halo” dari suara nan jauh disana.

 Segala aktivitas menjadi lebih praktis, Sungguh menakjubkan banyak hal menguntungkan dari teknologi yang sekarang dapat ku rasakan.Tidak hanya dalam bidang transportasi dan komunikasi saja kemajuan terlihat dimana-mana. Bidang pendidikanpun mengalami kemajuan pesat. Sungguh maha hebat sang pencipta membuat mahluk seperti manusia.

Perjalanan hidupku dulu tidak secepat kemajuan teknologi dari waktu ke waktu, dulu aku  hanya anak berumur 11 tahun tepat di tahun 2000 dan aku masih duduk di kelas enam sekolah dasar. Aku memiliki berjuta harapan dengan cita-cita yang sangat aku impikan menjadi ahli teknologi. Aku sangat menyukai hasil dari teknologi yang ada di sekitarku melihatnya dan merabanya aku sangat terharu. Akankah suatu saat aku menjadi bagian dari orang-orang cerdas yang dapat menciptakan barang-barang berguna bagi orang lain dan sangat memudahkan. Apakah hanya orang cerdas saja?

Aku sangat membanggakan diri tercipta menjadi manusia. Mahluk mulia yang diciptakan Tuhan dengan akal, pikiran, cipta, rasa dan karsa. Sungguh beruntung diri ini. Dari hal ini aku selalu menepis kekurangan yang ada dalam diriku.  Aku terlahir dengan fisik yang dikatakan sempurna, pikiran, badan dan perasaan yang sehat. Namun akalku masih banyak yang bilang lelet! Aku menyadari hal itu, sangat aku sadari.

Selasa, 08 Juli 2014

APA SALAH KU ?



APA SALAH KU ?

Aku berjalan perlahan menyusuri setapak sawah menuju rumahku di sebelah desa. Sangat lelah rasanya akan tetapi ini harusku tempuh setiap hari berangkat pagi dan pulang sore nuntut ilmu di desa tetangga. Desaku masih terpencil jauh dari keramaian hanya hamparan sawah sejauh mata memandang.

Masyarakat selalu terhibur dengan masa tanam, padi tumbuh, padi menguning hingga masa panen. Itu yang membuatku bahagia tiap kali Ku selusuri jalan desa yang masih di kelilingi sawah belum terjamah oleh modernisasi dan jalan yang masih asli tanah sawah belum teraspal. Kokokan ayam jantan selalu membuatku merasa orang paling bahagia sedunia meskipun itu hanya perasaanku saja,

 mengapa tidak kerena setelah lama aku beristirahat di malam hari, ayam jantanlah yang selalu setia membangunkan Aku pagi buta sebelum azan berkumandang. Aku memulai hari dengan mengadu pada sang pencipta tentang kegundahan yang selalu membayangiku tiap hari. Namaku ALIFANA, keluarga dan teman-temanku memanggilku Ana. Nama yang bagus bukan tapi tak sebagus nasib dan orangnya.

Aku tidak punya banyak teman, pergaulankupun terbatas di sekolah ataupun di sekitar rumah. Aku malu dan takut. Ya perasaan itu selalu membuatku ingin menjauh dari kerumunan orang banyak. Bila Aku berangkat dan pulang sekolahpun banyak orang yang memandangku dengan sebelah mata bahkan tidak jarang orang mencibir keadaanku ini.

PENYESALAN




PENYESALAN

Pada hari minggu pagi setelah subuh bersama teman- teman, Aku bersepeda untuk tujuan jalan- jalan dan menyehatkan badan. Dengan suasan yang sunyi senyap kami berenam saling beradu cepat sampai di kecamatan agar bermain bola tidak terlalu siang ketika matahari masih terbenam belum menampakkan kecintaannya terhadap bumi ini.

           Teman- temanku dari sekolah dekat kecamatan pasti telah menunggu kami disana. Hal ini menjadi kebiasaan kita hamper 3 bulan. Persahabatan kami makin erat dan pengetahuan kami semakin luas dengan bertukat pikiran. Sesampainya disana kami bermain bola hingga pukul tujuh pagi kemudian kami sarapan pagi di warung surabi dekat lapangan.

          Nikmat bangat rasanya sambal oncom dan teh anget pas banget dengan kami yang kelelahan seusai bermain sepak bola. Kamipun beristirahat di warung tersebut. Yang mengherankan kami, penjual surabi seenak itu adalah laki- laki, kami biasa memanggilnya bang Gepeng. Ya benar badannya sangat kurus dan tinggi, temanku Roni mengatakannya kutilang, kurus, tinggi dan langseng.he…he..he maksudnya langsing.

          Pada awalnya kami semua berduabelas tidak mengenal Bang Gepeng ini tapi setelah beberapa bulan setiap minggu kami sering membeli surabinya lama- lama kami menjadi akrab. Bang Gepeng Berumur paruh baya kira- kira 35 tahun ke atas. Katanya belum berkeluarga karena dia tidak percaya diri. Seringnya kita bertemu semakin banyak ilmu yang kami dapat darinya. Ia sering menceritakan hikayat, fabel bahkan cerita tentang kehidupannya yang menyedihkan dan mengenaskan. Ia selalu menyesali jalan hidup yang telah ia pilih itu.

AKU DAN MATEMATIKA




AKU DAN MATEMATIKA

Libur sekolah telah berakhir, anak- anak kembali ke sekolah dengan memakai baju dan sepatu baru begitupun Aku. 2 minggu lamanya Ku lewatkan liburan di rumah nenek dengan banyak pengalaman dan keceriaan, tak Ku rasa kini harus kembali Ku temui buku- buku pelajaran yang membuatku pusing tujuh keliling.

 Aku bukan anak yang pintar tapi tidak terlalu bodoh. Dalam pelajaran tertentu Aku mampu mengikutinya akan tetapi pelajaran yang satu ini membuatku ingin cepat- cepat pulang, tak betah rasanya. Perasaan itu mengalir jujurku katakana entah mengapa sejak duduk di bangku kelas satu hinnga kelas empat sekarang nilai  rapotku selalu kecil dalam pelajaran matematika, ya Matematika itulah Matematika tak tahu mengapa ku benci bahkan terlalu bencinya tidak jarang Ku acuhkan guru ketika menerangkan materi Matematika di kelas.

Ini bukan salah siapa- siapa, akupun tidak seharusnya di salahkan. Mungkin ini bawaan lahir,he,he,he. Aku boleh saja membela diri tapi sungguh entah mengapa Aku alergi pada rumus- merumus dan hitung- menghitung, kalau disuruh menghitung uang Aku tiak akan menolaknya.
Saat masuk sekolahpun lagi- lagi Matematika yang harus Ku jumpai pertama kali, nasib ya nasib! Mengapa Aku sangat ketakutan pada mu Matematika?

           Untuk mengawali hari pertama bersekolah Aku mencoba untuk bersikap tenang seperti menghadapi pelajaran yang lain akan tetapi sejam berlalu membuatku bosan, Aku mencoba mencorat- coret buku dengan menggambar apa saja yang Aku pikirkan tapi itu saja tidak bisa membuatku senang selanjutnya apa yang Aku lakukan pasti semua orang akan menduganya. Ya….benar, Aku tertidur dikelas saking bosan dan jenuh. Lagi lagi Matematika yang membuat Aku begini.

HIDUPKU




HIDUPKU

Berjalan ketika matahari mulai terbenam, seorang gadis lugu kesepian dibawah rindangnya pohon cemara. Diiringi dengan buku harian yang mementaskan tarian pena. Entah apakah yang ditulis Pika? Ia seorang gadis yang penuh dengan tanya? Tak disengaja ia terlelap dalam larian angin yang sejuk, hampir setengah jam ia terlelap dan terbangun ketika ia teringat kewajibannya sebagai seorang muslim.

 Bergegas ia menuju kamar mandi mengambil air wudhu, hampir lima belas menit ia tak kunjung selesai, apakah yang ia lakukan selama itu? Terlihat tetesan air mengalir dari pipi manisnya. Entah apa yang ia minta pada sang pencipta hingga bunga memanggil. “Sedang apa Kau, Nak?” seru bunda. “Saya telah melakasanakan shalat ashar bu?”katanya.

 “Bunda mengganggu ya Nak?”. “Tidak, Bunda! tidak sama sekali” tegasnya. “Ada apakah gerangan denganmu Nak, adakah pikiran yang mengganggumu nak?”Tanya ibu padanya. “Tidak bu, pika baik- baik saja!. “Bunda tahu nak, apa yang harus ibu lakukan untuk membuatmu ceria seperti dulu?” meneteskan air mata. “Pika iklas Bu dengan semua ini!”yakinnya mengusap air mata di wajah bunda.

Bunda mengajak Pika ke ruang keluarga dengan menggenggam erat tangannya. Disana ayah, kakak dan adik Pika telah menunggunya. Iyo kakak pika sekarang lebih memperhatikan dan menyayanginya. Padahal dahulu kakaknya ini sering mengganggu dan bertengkar dengan adik- adiknya. Entah apa yang membuatnya sadar akan tanggung jawabnya sebagai kakak. Pika hanya mengucapkan terima kasih kepada Allah.